08 Juli 2008

Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

Pentingnya Pengembangan Keterampilan Menulis di Kalangan Siswa

Oleh: Deri Anggraini*)


Menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai oleh seorang siswa karena keterampilan ini merupakan salah satu faktor keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Namun tidak sedikit siswa yang menganggap penguasaan keterampilan ini lebih sulit dibandingkan dengan penguasaan keterampilan berbahasa lainnya. Benar tidaknya anggapan tersebut, kita dapat mengeceknya di lapangan. Tentu saja kesulitan itu tidak hanya menghinggapi kalangan siswa, tetapi juga kalangan masyarakat pada umumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih sering menggunakan keterampilan berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dengan tingkat frekuensi penggunaan yang tinggi tersebut, tidaklah mengherankan jika kita dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak demikian halnya dengan keterampilan menulis. Ketika kita hendak menulis, seringkali ide-ide berlalu lalang dalam benak kita seakan berebut untuk tertuang dalam tulisan. Ballpoint kita gerakkan, tak lama kemudian kita letakkan. Ada satu kebingungan yang hinggap dan kita akan berhenti menulis pada akhirnya. Dengan pengalaman buruk seperti itu, tidak sedikit yang kemudian enggan untuk “menyentuh kembali” ballpoint dan kertas. Demikian juga halnya dengan apa yang dialami oleh penulis pemula yang hendak menuangkan gagasannya di depan komputer, berdiam diri menatap monitor, sementara otak dipenuhi dengan berbagai ide. Bahkan saking banyaknya ide, terkadang kita jadi merasa tidak punya ide. Setelah bermenit-menit menatap monitor, bergeraklah jari-jari di atas keyboard sesuai apa yang ada dalam otak. Selesai satu kalimat, tombol backspace menjadi pilihan berikutnya. Pernahkah Anda merasakan pengalaman itu? Jika tidak, bersyukurlah karena Tuhan memberikan anugerah kepada Anda berupa keterampilan menulis yang luar biasa, yang berbeda dengan pengalaman kebanyakan orang. Jika Anda pernah mengalami hal serupa di atas, jangan berkecil hati, Anda tidak sendiri.

Kesulitan menulis dapat diatasi dengan melihat akar penyebabnya. Tiga hal utama yang sering menjadi akar penyebab rendahnya kemampuan menulis adalah rendahnya frekuensi membaca dan menulis, serta tidak adanya niat yang kuat untuk menulis. Pertama, rendahnya frekuensi membaca. Seorang penulis tentu membutuhkan bekal yaitu pengetahuan atas apa yang hendak ditulisnya. Pengetahuan itu dapat diperoleh, salah satunya dengan kegiatan membaca. Dengan sering membaca, tingkat pengetahuan seseorang akan bertambah. Dengan pengetahuan yang cukup, seseorang dapat membuat tulisannya menjadi lebih “hidup”. Yang kedua, rendahnya frekuensi menulis. Menulis akan terasa lebih mudah jika kita sering melakukannya. Percaya tidak percaya, sesuatu yang sudah biasa kita lakukan akan menjauhkan kita dari yang namanya “kesulitan”. Seseorang yang terbiasa menulis buku harian, cenderung memiliki keterampilan menulis yang cukup tinggi. Paling tidak dengan menulis setiap hari, seorang penulis buku harian menjadi terbiasa mengolah kata mejadi susunan kalimat yang panjang. Walaupun tidak menutup kemungkinan, ada yang lancar menulis buku harian tetapi kesulitan dalam membuat tulisan yang berbau ilmiah. Tanpa bekal pengetahuan yang cukup, hal tersebut bisa saja terjadi. Yang ketiga, tidak adanya niat yang kuat dalam diri untuk menulis. Niat merupakan salah satu syarat terlaksananya kegiatan menulis. Tanpa adanya niat yang kuat untuk menghasilkan sebuah tulisan, maka ide-ide yang ada hanya akan terhenti di ujung jari, tanpa pernah tertuangkan apalagi terbaca oleh orang lain. Nah, jika Anda ingin menulis, tumbuhkanlah terlebih dahulu niat dalam diri Anda!

Keterampilan menulis dapat dikembangkan melalui berbagai cara dan media. Salah satu cara yang ada adalah dengan membiasakan diri menulis, misal: menulis buku harian, menulis untuk majalah dinding kelas/sekolah, dan mengerjakan tugas menulis secara mandiri (tanpa menggantungkan diri pada orang lain). Di samping itu, keberadaan sebuah majalah, dapat kita gunakan sebagai salah satu media pengembangan keterampilan menulis. Demikian juga halnya dengan PRESTIS. Melalui PRESTIS, para siswa dapat belajar menulis mulai dari menulis puisi, cerpen, hingga resensi, atau malah ikut dalam dewan redaksi. Bagaimanapun cara dan apapun medianya, yang paling penting adalah menumbuhkan niat yang kuat dalam diri kita untuk menghasilkan sebuah tulisan. Setidaknya niat yang kuat akan memotivasi kita untuk mampu memerangi rasa malas yang hampir setiap saat menghinggapi kita. Semoga kita mampu mengalahkan rasa malas itu dan menuai sukses pada akhirnya. Semoga PRESTIS tetap jaya! Amin.

*) Pembaca PRESTIS, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY.