13 November 2009

Aneka Metode Pembelajaran


1. Metode debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.

Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

2. Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing sebagai berikut.

a. Seluruh siswa mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.

b. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

c. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

d. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

e. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

3. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkah:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

5. Cooperative Script

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah:

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.

f. Kesimpulan guru.

g. Penutup.

6. Picture and Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.

c. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

d. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

e. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

f. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan/rangkuman.

7. Numbered Heads Together

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Kesimpulan.

8. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Seleksi topik

Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.


b. Merencanakan kerja sama

Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi

Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.


d. Analisis dan sintesis

Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

9. Metode Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

10. Metode Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:


a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.


b. Kelompok

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.


c. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.


d. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.


e. Team recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.

11. Model Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.

Langkah-langkah:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

d. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

e. Memberi evaluasi.

f. Penutup.

12. Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.

Langkah-langkah:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

13. Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.

14. Metode ceramah

Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru. Hal ini karena metode ceramah mudah disajikan dan tidak banyak memerlukan media.

15. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.

16. Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

17. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama.

18. Metode Simulasi

Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.

19. Metode Pemberian tugas

Pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Setiap metode pembelajaran dibahas menurut pengertian, tujuan, alasan penggunaan, kekuatan dan kelemahannya, cara mengatasi kelemahan, dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran.

20. Metode Kerja kelompok

Metode Kerja kelompok adalah metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa secara kelompok.

21. Metode Karya wisata

Metode Karya wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan untuk mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara langsung tempat dimana materi pelajaran itu berada.

22. Metode Penemuan

Metode Penemuan adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perorangan, manipulasi objek, dan percobaan sebelum sampai kepada generalisasi. Setiap metode pembelajaran dibahas menurut pengertian, tujuan, alasan penggunaan, kekuatan dan kelemahannya, cara mengatasi kelemahan, dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran.

23. Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah prosedur pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

24. Metode Pembelajaran Unit

Metode Pembelajaran Unit adalah prosedur pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

25. Metode Pembelajaran dengan Modul

Metode Pembelajaran dengan Modul adalah prosedur pembelajaran yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya.


TUGAS

Kirimkan jenis metode pembelajaran yang belum disebutkan di atas ke derianggraini@yahoo.com. Saya tunggu sampai Kamis, 19 November pukul 24.00 WIB

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN



Langkah-langkah Penyusunan Proposal
Penelitian

Di bawah ini dikemukakan langkah-langkah teknis yang harus ditempuh dalam penyusunan proposal penelitian, khususnya proposal skripsi.
  1. Adakan identifikasi masalah, melalui proses pemetaan bidang dan subbidang ilmu dan profesi yang menjadi bidang keahlian kita sebagai peneliti.
  2. Minimal pada satu bidang atau subbidang ilmu dan profesi kita, identifikasi masalah-masalah yang dihadapi saat ini. Identifikasi masalah sebaiknya didukung oleh sumber yang dapat dipercaya, seperti: hasil penelitian terdahulu, data dari lembaga-Iembaga yang memproses, menyimpan data, dan memublikasikan data pendidikan.
  3. Pilih satu masalah sebagai fokus penelitian kita. Fokus masalah yang dipilih hendaknya yang cukup penting dan mendasar (esensial), hangat dan mendesak (urgen), dan hasilnya bermakna bagi pemecahan masalah atau perbaikan praktik pendidikan.
  4. Rumuskan variabel-variabel atau aspek-aspek yang melatarbelakangi atau menjadi penyebab fokus masalah tersebut, dan variabel atau aspek-aspek yang diakibatkannya. Lebih bagus kalau dibuat dalam suatu peta variabel. Pemetaan variabel ini bersifat teoretis. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan landasan teori sebagai kerangka pikir perumusan dan pemetaan variabel.
  5. Dari variabel atau aspek-aspek yang melatarbelakangi dan diakibatkan fokus masalah tersebut pilih atau batasi mana yang akan anda teliti. Pemilihan atau pembatasan variabel atau aspek tersebut didasarkan atas kekuatan variabel atau aspek tersebut hubungannya dengan variabel fokus, sebagai variabel yang melatarbelakangi atau diakibatkan oleh (dipilih variabel fokus variabel yang dominan).
  6. Hubungan antara variabel-variabel tersebut juga dapat disusun dalam sebuah peta, peta variabel yang diteliti. Hubungan antara variabel atau aspek-aspek yang terpilih dapat dirumuskan dalam sebuah judul, sebagai judul penelitian Anda.
  7. Setiap variabel atau aspek yang terkandung dalam judul penelitian diberi rumusan secara secara operasional (definisi operasional) yaitu rumusan yang menggambarkan keadaan atau perilaku yang dapat diukur. Definisi operasional diperlukan dalam penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, sebagai acuan dalam penyusunan instrumen. Dalam penelitian kualitatif tidak perlu rumusan operasional cukup penjelasan istilah saja. Makna sesuatu aspek atau kegiatan dalam penelitian kualitatif akan berkembang dalam proses pengumpulan data.
  8. Setelah jelas makna dari setiap variabel atau masalah dalam judul, rumuskan tujuan penelitian. Biasanya dibedakan antara tujuan umum dengan tujuan khusus penelitian. Dalam rumusan tujuan umum akan tergambar apakah penelitian tersebut bersifat deskriptif, eksploratif, evaluatif, pengujian (eksperimental), korelasional, komparatif, pengembangan, penyempurnaan, dsb. Rumusan tujuan khusus lebih menggambarkan sasaran yang akan dicapai, dan akan memberikan rambu-rambu dalam perumusan hipotesis atau pertanyaan penelitian.
  9. Rumuskan asumsi-asumsi atau proposisi-proposisi yang dijadikan pegangan dalam mengkaji masalah tersebut.
  10. Bila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dan akan dilakukan analisis data secara statistik inferensial, maka perlu dirumuskan hipotesis penelitian. Untuk penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif yang tidak menggunakan analisis statistik inferensial, tidak perlu dirumuskan hipotesis, cukup dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian.
  11. Tentukan dan rumuskan metode penelitian yang digunakan disertai penjelasan penggunaan serta alasan pemilihannya. Tentukan teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan, bentuk instrumen serta jenis data yang akan diperoleh, dan berikan alasan mengapa menggunakan teknik pengumpulan data dengan bentuk instrumen seperti itu. Sebelum penyusunan instrumen sebaiknya dibuat dulu kisi-kisi penyusunan instrumen atau layout.
  12. Rumuskan rencana pengolahan atau analisis data serta cara menginterpretasikan hasil analisis data.
  13. Rumuskanlah desain penelitian, yang menunjukkan langkah pengumpulan data secara rinci. Dalam setiap langkah dikemukakan apa yang dilakukan, teknik pengumpulan data apa yang digunakan dari sumber data yang mana dengan menggunakan instrumen yang mana. Setelah semua data terkumpul dijelaskan langkah-langkah analisis, interpretasi dan penyimpulannya.
Sumber Pustaka
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



Bagian Pendahuluan Proposal Penelitian

Pada bagian pendahuluan, di antaranya memuat komponen: (a) latar belakang masalah, (b) identifikasi masalah, (c) pembatasan masalah, (d) rumusan masalah, (e) tujuan penelitian, dan (f) manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam latar belakang masalah ini yang perlu dikemukakan ialah arti penting dilakukannya penelitian dalam rangka pengembangan konsep keilmuan. Di samping itu, dikemukakan pula alasan-alasan yang mendasari sehingga peneliti memilih dan menentukan permasalahan, tema, atau topik tersebut untuk diteliti, mengapa bukan permasalahan lainnya yang diteliti.

B. Identifikasi Masalah
Hal-hal yang dikemukakan pada bagian ini ialah berbagai faktor atau variabel yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Faktor-faktor yang terkait dengan permasalahan biasanya cukup banyak, dan apabila itu makin banyak dicantumkan, berarti peneliti akan makin mudah untuk menentukan dan memilih faktor mana yang benar-benar terkait dengan permasalahan penelitian. Untuk selanjutnya, peneliti tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih dan menentukan faktor-faktor yang terkait dengan permasalahan untuk diteliti.

C. Pembatasan Masalah
Pada bagian identifikasi masalah, faktor-faktor yang terkait dengan permasalahan penelitian dapat dicantumkan secara tidak terbatas jumlahnya. Maksudnya, jumlah faktor-faktor tersebut sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan peneliti untuk mengungkap semua faktor yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Apabila permasalahan penelitian tidak dibatasi jumlahnya, meskipun secara identifikasi jumlahnya dapat banyak, dan tidak terbatas, peneliti akan mengalami kesulitan untuk melaksanakan penelitian. Untuk itu, peneliti perlu membatasi dengan cara menentukan faktormana yang terkait dengan permasalahan yang akan dipilih dan ditentukan untuk diteliti. Hal ini sangat bergantung kepada kemauan, minat, dan kemampuan peneliti. Dengan cara membatasi permasalahan penelitian, akan menjadikan penelitian dapat dilakukan secara mendalam, mengarah, dan mendetail atau mendalam.

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah diturunkan dari pembatasan masalah. Oleh karena itu, apabila di dalam pembatasan masalah hanya terdapat dua atau tiga faktor yang terkait dengan permasalahan penelitian, berarti di dalam rumusan masalahnya pun sebaiknya hanya dua atau tiga faktor yang terkait dengan permasalahan yang dicantumkan. Untuk mempermudah pelaksanaan yang terkait dengan kegiatan penelitian lebih lanjut, sebaiknya rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat interogatif, bukan dalam bentuk kalimat deklaratif.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berupa penentuan atau penemuan yang bersifat deskriptif dari rumusan masalah. Oleh karena itu, banyaknya tujuan penelitian diharapkan identik dengan jumlah rumusan masalah penelitian.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan mencakup tiga aspek, yaitu (1) manfaat yang berkaitan dengan pengembangan ilmu yang sesuai dengan bidang kajian penelitian, (2) manfaat dalam kaitannya dengan penambahan dan pengembangan wawasan keilmuan yang dimiliki oleh peneliti, dan dalam rangka untuk penyempurnaan kegiatan penelitian lebih lanjut, (3) dimungkinkan dengan dilakukannya penelitian tersebut dapat menimbulkan permasalahan baru untuk dapat diteliti, baik dapat diteliti oleh peneliti yang bersangkutan itu sendiri maupun oleh peneliti lain.

Sumber Pustaka
Sudaryanto. 2000. Modul Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.



Tugas Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Sabtu, 14 November 2009

1. Mulailah untuk menyusun bagian pendahuluan (Bab I).
2. Cetak bagian pendahuluan tersebut dalam kertas HVS ukuran A4.
3. Bawalah tugas tersebut pada pertemuan Metodologi Penelitian Pendidikan minggu depan.