Pembelajaran Menulis di SD: antara Harapan dan Kenyataan
Oleh: Deri Anggraini*)
Oleh: Deri Anggraini*)
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan pada tiap jenjang pendidikan. Adapun arah pembelajaran bahasa Indonesia: (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri memiliki empat komponen keterampilan berbahasa, meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat. Sebagai materi pembelajaran, kegiatan berbahasa yang mencakup empat keterampilan berbahasa tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaannya, termasuk juga pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis di SD yang hingga kini masih dapat dikatakan senjang antara harapan dan kenyataaan yang ada di lapangan.
Permasalahan Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Ketika membaca gabungan dua frasa yaitu frasa pembelajaran menulis dan frasa di sekolah dasar, yang terlintas sejenak adalah kondisi pembelajaran menulis huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Pembelajaran menulis huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat ini merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran menulis permulaan, yakni pembelajaran menulis pada siswa SD kelas 1 dan 2. Pembelajaran menulis yang dimaksud dalam makalah ini adalah kegiatan menulis fiksi dan nonfiksi, bukan lagi menulis satu kata maupun kegiatan berlatih menulis tegak bersambung.
Lantas apa yang sebenarnya menjadi permasalahan menulis di SD? Untuk mengkaji letak permasalahan dan solusi pemecahan sebuah masalah, yang kali pertama harus dilakukan adalah mengetahui harapan-harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis dan kondisi pembelajaran yang terjadi di lapangan. Setelah mengetahui kondisi yang diharapkan dan kondisi yang terjadi, langkah selanjutnya adalah membandingkan kedua hal tersebut, barulah kita akan menemukan permasalahan di dalamnya. Pada hakikatnya, kesenjangan antara harapan dan kenyataan itulah yang disebut sebagai masalah.
Harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis di SD sama dengan pembelajaran menulis di berbagai jenjang pendidikan, yakni siswa terampil menulis. Pembelajaran menulis pada jenjang ini merupakan landasan keterampilan menulis untuk jenjang berikutnya. Pembelajaran menulis di SD memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah keterampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh.
Kemampuan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak bisa kita anggap entheng. Kemampuan menulis merupakan aspek kebahasaan yang paling rumit, karena mencakup kemampuan seseorang secara lebih khusus, yang di antaranya menyangkut pemakaian ejaan dan pungtuasi, struktur kalimat, kosakata, dan penyusunan paragraf. Pembelajaran akan berhasil ketika para siswa terampil merangkai kata menjadi kalimat dan mengembangkan beberapa kalimat menjadi sebuah paragraf yang koheren dan kohesif. Pembelajaran pun akan semakin dapat diakui keberhasilannya mana kala siswa mampu memublikasikan tulisannya ke media, baik itu majalah dinding, majalah sekolah, surat kabar, majalah, maupun media publikasi lainnya.
Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis di sekolah adalah pelaksanaannya masih sebatas mengajarkan materi yang tertuang dalam kurikulum. Ketika siswa mampu menulis karangan maka kegiatan pembelajaran telah dikatakan berhasil. Siswa mampu menulis karangan dapat dikatakan sebagai keberhasilan jangka pendek sebuah pembelajaran menulis di sekolah. Keberhasilan jangka panjangnya, siswa benar-benar terampil menulis dan menjadi gemar menulis. Untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, guru perlu mulai mengenalkan berbagai media yang dapat memublikasikan tulisan-tulisan mereka, memotivasi siswa untuk mencoba mengirimkan tulisannya ke redaksi majalah dinding, majalah sekolah, surat kabar, dan majalah. Guru pun dapat membantu dengan memberi tahu petunjuk penulisan dan pengirimannya.
Tumbuhnya motivasi yang besar dalam diri siswa untuk memublikasikan tulisannya ke berbagai media hendaknya didukung oleh guru dan orang-orang di sekelilingnya. Guru pun perlu membesarkan hati siswa mana kala ternyata tulisan mereka belum termuat. Banyak hal yang menjadi penyebab sebuah tulisan itu dimuat atau tidak. Penjelasan dan bimbingan yang cukup serta motivasi yang besar merupakan langkah-langkah yang perlu ditempuh guru jika ingin pembelajarannya berhasil untuk jangka waktu yang panjang.
Selain bimbingan dan motivasi, kunci pembelajaran menulis adalah guru menggunakan metode dan media pembelajaran yang menarik, sehingga pada akhirnya siswa menyukai kegiatan tulsi-menulis. Hal ini menjadi tantangan bagi seorang guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran semenarik mungkin. Di samping dapat menarik perhatian siswa, metode dan media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memilih metode dan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar siswa.
Sependapat dengan Wijayanti, kunci sukses pembelajaran bukan terletak pada kecanggihan kurikulum atau kelengkapan fasilitas sekolah, melainkan bagaimana kredibilitas seorang guru di dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas. Dalam pembelajaran menulis di SD, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori pembelajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Pentingnya Pengembangan Keterampilan Menulis di Kalangan Siswa
Menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai oleh seorang siswa karena keterampilan ini merupakan salah satu faktor keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Namun tidak sedikit siswa yang menganggap penguasaan keterampilan ini lebih sulit dibandingkan dengan penguasaan keterampilan berbahasa lainnya. Benar tidaknya anggapan tersebut, kita dapat mengeceknya di lapangan. Tentu saja kesulitan itu tidak hanya menghinggapi kalangan siswa, tetapi juga kalangan masyarakat pada umumnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar siswa sering menggunakan keterampilan berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dengan tingkat frekuensi penggunaan yang tinggi tersebut, tidaklah mengherankan jika siswa pun dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak demikian halnya dengan keterampilan menulis. Ketika hendak menulis, seringkali mereka merasakan ide-ide berlalu lalang dalam benaknya seakan berebut untuk tertuang dalam tulisan. Ballpoint digerakkan, tak lama kemudian mereka letakkan. Ada satu kebingungan yang hinggap dan mereka akan berhenti menulis pada akhirnya. Dengan pengalaman buruk seperti itu, tidak sedikit yang kemudian enggan untuk “menyentuh kembali” ballpoint dan kertas. Demikian juga halnya dengan apa yang dialami oleh penulis pemula yang hendak menuangkan gagasannya di depan komputer, berdiam diri menatap monitor, sementara otak dipenuhi dengan berbagai ide. Bahkan saking banyaknya ide, terkadang kita jadi merasa tidak punya ide. Setelah bermenit-menit menatap monitor, bergeraklah jari-jari di atas keyboard sesuai apa yang ada dalam otak. Selesai satu kalimat, tombol backspace menjadi pilihan berikutnya.
Kesulitan menulis dapat diatasi dengan melihat akar penyebabnya. Tiga hal utama yang sering menjadi akar penyebab rendahnya kemampuan menulis adalah rendahnya frekuensi membaca dan menulis, serta tidak adanya niat yang kuat untuk menulis. Pertama, rendahnya frekuensi membaca. Seorang penulis tentu membutuhkan bekal yaitu pengetahuan atas apa yang hendak ditulisnya. Pengetahuan itu dapat diperoleh, salah satunya dengan kegiatan membaca. Dengan sering membaca, tingkat pengetahuan seseorang akan bertambah. Dengan pengetahuan yang cukup, seseorang dapat membuat tulisannya menjadi lebih “hidup”. Yang kedua, rendahnya frekuensi menulis. Menulis akan terasa lebih mudah jika kita sering melakukannya. Percaya tidak percaya, sesuatu yang sudah biasa kita lakukan akan menjauhkan kita dari yang namanya “kesulitan”. Seseorang yang terbiasa menulis catatan harian, cenderung memiliki keterampilan menulis yang cukup tinggi. Paling tidak dengan menulis setiap hari, seorang siswa pun menjadi terbiasa mengolah kata menjadi susunan kalimat yang panjang. Walaupun tidak menutup kemungkinan, ada yang lancar menulis catatan harian tetapi kesulitan dalam membuat tulisan ilimiah. Tanpa bekal pengetahuan yang cukup, hal tersebut bisa saja terjadi. Yang ketiga, tidak adanya niat yang kuat dalam diri siswa untuk menulis. Niat merupakan salah satu syarat terlaksananya kegiatan menulis. Tanpa adanya niat yang kuat untuk menghasilkan sebuah tulisan, maka ide-ide yang ada hanya akan terhenti di ujung jari, tanpa pernah tertuangkan apalagi terbaca oleh orang lain.
Keterampilan menulis siswa dapat dikembangkan melalui berbagai cara dan media. Salah satu cara yang ada adalah dengan membiasakan mereka untuk mau menulis, misal: menulis catatan harian, menulis untuk majalah dinding kelas/sekolah, dan mengerjakan tugas menulis secara mandiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain. Di samping itu, keberadaan sebuah majalah, dapat digunakan sebagai salah satu media pengembangan keterampilan menulis. Para siswa dapat belajar menulis puisi, cerpen, dan artikel sederhana lainnya. Bagaimanapun cara dan apapun medianya, yang paling penting adalah menumbuhkan niat yang kuat dalam diri siswa untuk menghasilkan sebuah tulisan. Setidaknya niat yang kuat akan memotivasi siswa untuk mampu memerangi rasa malas yang menghinggapinya. Guru perlu senantiasa menumbuhkan motivasi bahwa setiap siswa dapat menulis, semakin banyak berlatih semakin terampil menulis.
Simpulan
Pembelajaran menulis merupakan serangkaian proses yang harus dilalui tahap demi tahap. Guru harus mampu meyakinkan bahwa kegiatan menulis itu mudah sehingga siswa memiliki keberanian untuk memulainya. Sebagai penunjangnya, kebiasaan membaca harus dibangkitkan dengan menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan melalui penyediaan berbagai buku, majalah, poster, dan media lain yang terjangkau.
Keterampilan menulis hanya dapat dicapai melalui latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis. Dengan menekankan latihan kemampuan dasar menulis yang intensif dan bimbingan yang sistematis maka siswa akan mampu mengembangkan bermacam-macam gagasan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, sebuah program yang membuat siswa “ketagihan buku” akan membantu mengembangkan keterampilan menulis. Kemahiran menulis hanya timbul dari banyak-banyak membaca atas dorongan sendiri bagi kesenangan dan kepentingan diri sendiri.
*) Mahasiswa Pendidikan Dasar, Fakultas Program Pascasarjana, UNY.
Pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri memiliki empat komponen keterampilan berbahasa, meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat. Sebagai materi pembelajaran, kegiatan berbahasa yang mencakup empat keterampilan berbahasa tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaannya, termasuk juga pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis di SD yang hingga kini masih dapat dikatakan senjang antara harapan dan kenyataaan yang ada di lapangan.
Permasalahan Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Ketika membaca gabungan dua frasa yaitu frasa pembelajaran menulis dan frasa di sekolah dasar, yang terlintas sejenak adalah kondisi pembelajaran menulis huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Pembelajaran menulis huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat ini merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran menulis permulaan, yakni pembelajaran menulis pada siswa SD kelas 1 dan 2. Pembelajaran menulis yang dimaksud dalam makalah ini adalah kegiatan menulis fiksi dan nonfiksi, bukan lagi menulis satu kata maupun kegiatan berlatih menulis tegak bersambung.
Lantas apa yang sebenarnya menjadi permasalahan menulis di SD? Untuk mengkaji letak permasalahan dan solusi pemecahan sebuah masalah, yang kali pertama harus dilakukan adalah mengetahui harapan-harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis dan kondisi pembelajaran yang terjadi di lapangan. Setelah mengetahui kondisi yang diharapkan dan kondisi yang terjadi, langkah selanjutnya adalah membandingkan kedua hal tersebut, barulah kita akan menemukan permasalahan di dalamnya. Pada hakikatnya, kesenjangan antara harapan dan kenyataan itulah yang disebut sebagai masalah.
Harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis di SD sama dengan pembelajaran menulis di berbagai jenjang pendidikan, yakni siswa terampil menulis. Pembelajaran menulis pada jenjang ini merupakan landasan keterampilan menulis untuk jenjang berikutnya. Pembelajaran menulis di SD memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah keterampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh.
Kemampuan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak bisa kita anggap entheng. Kemampuan menulis merupakan aspek kebahasaan yang paling rumit, karena mencakup kemampuan seseorang secara lebih khusus, yang di antaranya menyangkut pemakaian ejaan dan pungtuasi, struktur kalimat, kosakata, dan penyusunan paragraf. Pembelajaran akan berhasil ketika para siswa terampil merangkai kata menjadi kalimat dan mengembangkan beberapa kalimat menjadi sebuah paragraf yang koheren dan kohesif. Pembelajaran pun akan semakin dapat diakui keberhasilannya mana kala siswa mampu memublikasikan tulisannya ke media, baik itu majalah dinding, majalah sekolah, surat kabar, majalah, maupun media publikasi lainnya.
Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis di sekolah adalah pelaksanaannya masih sebatas mengajarkan materi yang tertuang dalam kurikulum. Ketika siswa mampu menulis karangan maka kegiatan pembelajaran telah dikatakan berhasil. Siswa mampu menulis karangan dapat dikatakan sebagai keberhasilan jangka pendek sebuah pembelajaran menulis di sekolah. Keberhasilan jangka panjangnya, siswa benar-benar terampil menulis dan menjadi gemar menulis. Untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, guru perlu mulai mengenalkan berbagai media yang dapat memublikasikan tulisan-tulisan mereka, memotivasi siswa untuk mencoba mengirimkan tulisannya ke redaksi majalah dinding, majalah sekolah, surat kabar, dan majalah. Guru pun dapat membantu dengan memberi tahu petunjuk penulisan dan pengirimannya.
Tumbuhnya motivasi yang besar dalam diri siswa untuk memublikasikan tulisannya ke berbagai media hendaknya didukung oleh guru dan orang-orang di sekelilingnya. Guru pun perlu membesarkan hati siswa mana kala ternyata tulisan mereka belum termuat. Banyak hal yang menjadi penyebab sebuah tulisan itu dimuat atau tidak. Penjelasan dan bimbingan yang cukup serta motivasi yang besar merupakan langkah-langkah yang perlu ditempuh guru jika ingin pembelajarannya berhasil untuk jangka waktu yang panjang.
Selain bimbingan dan motivasi, kunci pembelajaran menulis adalah guru menggunakan metode dan media pembelajaran yang menarik, sehingga pada akhirnya siswa menyukai kegiatan tulsi-menulis. Hal ini menjadi tantangan bagi seorang guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran semenarik mungkin. Di samping dapat menarik perhatian siswa, metode dan media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memilih metode dan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar siswa.
Sependapat dengan Wijayanti, kunci sukses pembelajaran bukan terletak pada kecanggihan kurikulum atau kelengkapan fasilitas sekolah, melainkan bagaimana kredibilitas seorang guru di dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas. Dalam pembelajaran menulis di SD, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori pembelajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Pentingnya Pengembangan Keterampilan Menulis di Kalangan Siswa
Menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai oleh seorang siswa karena keterampilan ini merupakan salah satu faktor keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Namun tidak sedikit siswa yang menganggap penguasaan keterampilan ini lebih sulit dibandingkan dengan penguasaan keterampilan berbahasa lainnya. Benar tidaknya anggapan tersebut, kita dapat mengeceknya di lapangan. Tentu saja kesulitan itu tidak hanya menghinggapi kalangan siswa, tetapi juga kalangan masyarakat pada umumnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar siswa sering menggunakan keterampilan berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dengan tingkat frekuensi penggunaan yang tinggi tersebut, tidaklah mengherankan jika siswa pun dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak demikian halnya dengan keterampilan menulis. Ketika hendak menulis, seringkali mereka merasakan ide-ide berlalu lalang dalam benaknya seakan berebut untuk tertuang dalam tulisan. Ballpoint digerakkan, tak lama kemudian mereka letakkan. Ada satu kebingungan yang hinggap dan mereka akan berhenti menulis pada akhirnya. Dengan pengalaman buruk seperti itu, tidak sedikit yang kemudian enggan untuk “menyentuh kembali” ballpoint dan kertas. Demikian juga halnya dengan apa yang dialami oleh penulis pemula yang hendak menuangkan gagasannya di depan komputer, berdiam diri menatap monitor, sementara otak dipenuhi dengan berbagai ide. Bahkan saking banyaknya ide, terkadang kita jadi merasa tidak punya ide. Setelah bermenit-menit menatap monitor, bergeraklah jari-jari di atas keyboard sesuai apa yang ada dalam otak. Selesai satu kalimat, tombol backspace menjadi pilihan berikutnya.
Kesulitan menulis dapat diatasi dengan melihat akar penyebabnya. Tiga hal utama yang sering menjadi akar penyebab rendahnya kemampuan menulis adalah rendahnya frekuensi membaca dan menulis, serta tidak adanya niat yang kuat untuk menulis. Pertama, rendahnya frekuensi membaca. Seorang penulis tentu membutuhkan bekal yaitu pengetahuan atas apa yang hendak ditulisnya. Pengetahuan itu dapat diperoleh, salah satunya dengan kegiatan membaca. Dengan sering membaca, tingkat pengetahuan seseorang akan bertambah. Dengan pengetahuan yang cukup, seseorang dapat membuat tulisannya menjadi lebih “hidup”. Yang kedua, rendahnya frekuensi menulis. Menulis akan terasa lebih mudah jika kita sering melakukannya. Percaya tidak percaya, sesuatu yang sudah biasa kita lakukan akan menjauhkan kita dari yang namanya “kesulitan”. Seseorang yang terbiasa menulis catatan harian, cenderung memiliki keterampilan menulis yang cukup tinggi. Paling tidak dengan menulis setiap hari, seorang siswa pun menjadi terbiasa mengolah kata menjadi susunan kalimat yang panjang. Walaupun tidak menutup kemungkinan, ada yang lancar menulis catatan harian tetapi kesulitan dalam membuat tulisan ilimiah. Tanpa bekal pengetahuan yang cukup, hal tersebut bisa saja terjadi. Yang ketiga, tidak adanya niat yang kuat dalam diri siswa untuk menulis. Niat merupakan salah satu syarat terlaksananya kegiatan menulis. Tanpa adanya niat yang kuat untuk menghasilkan sebuah tulisan, maka ide-ide yang ada hanya akan terhenti di ujung jari, tanpa pernah tertuangkan apalagi terbaca oleh orang lain.
Keterampilan menulis siswa dapat dikembangkan melalui berbagai cara dan media. Salah satu cara yang ada adalah dengan membiasakan mereka untuk mau menulis, misal: menulis catatan harian, menulis untuk majalah dinding kelas/sekolah, dan mengerjakan tugas menulis secara mandiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain. Di samping itu, keberadaan sebuah majalah, dapat digunakan sebagai salah satu media pengembangan keterampilan menulis. Para siswa dapat belajar menulis puisi, cerpen, dan artikel sederhana lainnya. Bagaimanapun cara dan apapun medianya, yang paling penting adalah menumbuhkan niat yang kuat dalam diri siswa untuk menghasilkan sebuah tulisan. Setidaknya niat yang kuat akan memotivasi siswa untuk mampu memerangi rasa malas yang menghinggapinya. Guru perlu senantiasa menumbuhkan motivasi bahwa setiap siswa dapat menulis, semakin banyak berlatih semakin terampil menulis.
Simpulan
Pembelajaran menulis merupakan serangkaian proses yang harus dilalui tahap demi tahap. Guru harus mampu meyakinkan bahwa kegiatan menulis itu mudah sehingga siswa memiliki keberanian untuk memulainya. Sebagai penunjangnya, kebiasaan membaca harus dibangkitkan dengan menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan melalui penyediaan berbagai buku, majalah, poster, dan media lain yang terjangkau.
Keterampilan menulis hanya dapat dicapai melalui latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis. Dengan menekankan latihan kemampuan dasar menulis yang intensif dan bimbingan yang sistematis maka siswa akan mampu mengembangkan bermacam-macam gagasan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, sebuah program yang membuat siswa “ketagihan buku” akan membantu mengembangkan keterampilan menulis. Kemahiran menulis hanya timbul dari banyak-banyak membaca atas dorongan sendiri bagi kesenangan dan kepentingan diri sendiri.
*) Mahasiswa Pendidikan Dasar, Fakultas Program Pascasarjana, UNY.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Ester. 2004. Jurnal Pendidikan Penabur- No.03/Th.III/Desember 2004: Memacu Minat Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jakarta: Jurnal Pendidikan Penabur.
Tim Penyusun.2004. Kurikulum 2004 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun. 2004. Panduan Pembelajaran Sekolah Dasar, Kurikulum 2004 untuk Guru SD Kelas I. Yogyakarta: Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah DIY.
Wijayanti, Ari. 2007. Laporan Penelitian: Media Cergam Sebagai Peningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas III SD Negeri Blitar Tahun Ajaran 2006/2007. Malang: Universitas Negeri Malang.